Posted by: pkab | 13 March 2008

Peta Konsep Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X


PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI I KALISAT PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT
PROPOSAL SKRIPSIOleh: OKTAVIYANTO. CFM
NIM. 040210101088
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di jenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai pada SMA bahkan pada perguruan tinggi tidak terlepas dari matematika. Hal ini menunjukkan bahwa matematika memegang peranan yang penting dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia.
Pembelajaran matematika diharapkan berakhir dengan sebuah pemahaman siswa yang komprehensif dan holistik ( lintas topik bahkan lintas bidang studi jika memungkinkan ) tentang materi yang disajikan. Pemahaman siswa yang dimaksud tidak sekedar memenuhi tuntutan tujuan pembelajaran matematika secara substantif saja, namun diharapkan muncul ‘ efek iringan ‘ dari pembelajaran tersebut.

Efek iringan yang dimaksud ( JICA, 2001 : 254 ) antara lain adalah :

1. Lebih memahami keterkaitan antara satu topik matematika dengan topik matematika yang lainnya.
2. Lebih menyadari akan penting dan strategisnya matematika bagi bidang lain.
3. Lebih memahami peranan matematika dalam kehidupan manusia.
4. Lebih mampu berfikir logis, kritis, dan sistematis.
5. Lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pemecahan sebuah masalah.
6. Lebih peduli pada lingkungan sekitarnya.
Ketercapaian dua sasaran pembelajaran matematika secara substantif dan efek iringannya akan tercapai manakala siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk belajar matematika ( doing math ) secara komprehensif dan holistik. Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar matematika kegiataan pengajaran perlu diubah menjadi kegiatan pembelajaran. Teknik mengajar yang baik harus diganti dengan teknik belajar yang baik dimana titik berat pemberian materi pelajaran harus digeser menjadi pemberian kemampuan yang relevan dengan kebutuhan siswa untuk belajar.

Kendatipun antara kata pengajaran dengan pembelajaran bermakna hampir sama, namun esensinya berbeda. Dalam pengajaran matematika, guru lebih banyak menyampaikan sejumlah idea atau gagasan-gagasan matematika. Sementara dalam pembelajaran matematika siswa mendapat porsi lebih banyak daripada guru, bahkan mereka ‘harus‘ dominan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa berperan aktif sebagai pembelajar dan fungsi guru lebih pada sebagai fasilitator dan dinamisator.

Kenyataan menunjukkan bahwa rendahnya hasil belajar siswa SMP yang dicerminkan melalui NEM merupakan tantangan serius bagi dunia pendidikan dan semua pihak yang berkecimpung dalam pendidikan matematika. Khususnya , guru perlu mencari pendekatan pembelajaran yang bisa membangkitkan motivasi belajar siswa, dan untuk siswa diharapkan untuk lebih giat menggali dan memahami konsep-konsep dalam matematika. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak jenuh dalam menerima dan mengikuti proses belajar mengajar matematika.

Salah satu factor yang mungkin sebagai penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah bahwa perencanaan dan impementasi pembelajaran yang dilakukan oleh para guru matematika tampaknya masih dilandasi dengan metode transfer informasi. Meskipun telah dicoba beberapa pendekatan, metode ini masih dominan. Kondisi pembelajaran matematika seperti ini akan menimbulkan kebosanan bagi siswa, siswa tidak dapat melihat hubungan antar materi pelajaran yang telah dipelajari dengan materi berikutnya , ini diperparah dengan sikap guru yang tidak pernah mengingatkan kembali siswa tentang hal tersebut dan terus melanjutkan materi tanpa mamperhatikan apakah siswa pada umumnya telah memahami materi yang diberikan sehingga pelajaran matematika menjadi tidak menarik, tidak disenangi, dan dengan sendirinya pelajaran matematika akan terasa sangat sulit. Dengan demikian sebagai konsekuensinya, hasil belajar yang dicapai siswa belum sesuai dengan harapan.

Ausubel ( Muhkal, 1991 ) menyatakan bahwa factor tunggal yang sangat penting dalam proses mengajar belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa berupa materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Apa yang telah dipelajari siswa dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai titik tolak dalam mengkomunikasikan informasi atau ide baru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat melihat keterkaitan antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan informasi atau ide baru. Namun sering terjadi siswa tidak mampu melakukannya. Dalam kegiatan seperti inilah sangat diperlukan adanya alat penghubung yang dapat menjembatani informasi atau ide baru dengan materi pelajaran yang telah diterima oleh siswa. Alat penghubung yang dimaksud oleh Ausubel dalam teori belajar bermaknanya adalah “ advance organizer “.

Model pembelajaran yang diimplementasikan di sini yang menggunakan pengetahuan awal dan miskonsepsi serta yang berorientasi pada tujuan pembelajaran matematika sekolah adalah suatu model yang berpijak pada teori belajar bermakna dari David Ausubel. Salah satu konsep yang akan dipakai landasan dalam pengembangan model pembelajaran di sini adalah Advance organizer. Dalam implementasinya , model advance organizer ini juga dibantu dengan peta konsep atau pemetaan konsep.

Teori yang digunakan sebagai dasar untuk menjawab permasalahan di atas bertolak dari konsep belajar bermakna dari David Ausubel. Ausubel (Sujanem,1998: 159) mengemukakan bahwa ( tersirat ) faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia demikian. Jadi,agar terjadi belajar bermakna, konsep atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Peristiwa psikologi tentang belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru pada pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang.Tugas guru dalam mengajar, pertama menyajikan kerangka konsep yang umum (organizer) dan menyeluruh yang akan berfungsi sebagai pengorganisasi semua informasi yang akan diasimilasikan siswa.

Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi. Jadi supaya terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa dapat dilakukan dengan peta konsep ( Novak, 1991 ). Selain itu, peta konsep juga dapat digunakan mengungkapkan miskonsepsi siswa sekaligus sebagai alat evaluasi ( Dahar, 1989 ).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan peningkatn ketuntasan belajar matematika siswa SMA.melalui strategi pembelajaran Advance organizer dengan bantuan Peta Konsep.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apakah dengan pendekatan pembelajaran advance organizer dengan peta konsep dapat meningkatkan ketuntasan belajar matematika siswa SMA ?
2. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep dalam pembelajaran persamaan dan pertidaksamaan kuadrat ?
3. Bagaimanakah respon siswa tentang pembelajaran persamaan dan pertidaksamaan kuadrat dengan model pembelajaran advance organizer dengan bantuan peta konsep ?

1.3 Tujuan penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan utama penelitian tindakan ini adalah mengembangkan model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep. Secara lebih spesifik, tujuan penelitian tindakan ini dijabarkan sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan dan menganalisis kesulitan-kesulitan siswa pada matematika sub pokok bahasan persamaan dan pertidaksamaan kuadrat sebelum diberikan pembelajaran.
2. Menguji efektivitas model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep dalam pembelajaran persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
3. Mengidentifikasi dan menganalisis respon siswa tentang pembelajaran persamaan dan pertidaksamaan kuadrat dengan model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep.

1.4 Manfaat penelitian
Temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian tindakan tentang model pembelajaran advance organizer dengan Peta Konsep ini akan memberikan kontribusi sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan strategi advance organizer dengan Peta Konsep diharapkan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam belajar matematika sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik.
2. Kepada guru matematika, temuan ini dapat digunakan sebagai pedoman empiris dalam menyiapkan berbagai strategi pembelajaran dalam upaya mengarahkan siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
3. Pengalaman praktis selama merancang dan melaksanakan penelitian ini akan memotivasi guru untuk memperluas penggunaannya pada konsep-konsep atau materi-materi yang lain secara mandiri dan berkelanjutan.

1.5 Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan atau kekurangjelasan makna, maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pemgalaman belajar yang berupa nilai yang mencakup ranah kognitif, afektif, psikomotor.
2. Model advance organizer diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang pada prinsipnya siswa dapat menyerap, mencerna, dan mengingat bahan pelajaran dengan baik dalam kegiatannya siswa dapat menjelaskan kembali materi tersebut.
3. Peta konsep adalah suatu cara memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi suatu bidang studi, diantaranya bidang studi fisika, matamatika, biologi, kimia, ekonomi, dan lain-lain. Atribut yang dimaksud adalah yang menyertai konsep-konsep yang dapat berupa bentuk, warna, ukuran serta fungsi. Mengemukakan konsep-konsep merupakan dasar berfikir untuk belajar aturan, dan akhirnya untuk memecahkan masalah.

Untuk dapat melihat dan mendownload file skripsi lengkap yang dilampirkan pada setiap judul, anda harus menjadi special member, klik Register untuk menjadi free member di Indoskripsi.
Sumber: Indo Skripsi

Leave a comment

Categories