Posted by: pkab | 1 August 2008

Proses Pengembangan e-learning


Oleh: Suryadiputra Liawatimena

Bicara tentang e-learning sering orang bertanya: Kami sudah sadar dan tahu harus melayani e-learning juga bila tidak ingin mengalami ketertinggalan dalam penerapan teknologi dan jumlah murid yang semakin hari semakin menurun. Tetapi kami harus mulai dari mana? Butuh berapa lamakah dari permulaan awal sampai bisa berjalan?

Dengan bantuan Peta Konsep yang dapat memecahkan sebuah masalah yang kompleks ke dalam sub-bagian yang lebih kecil, kemudian bagian tersebut akan dipecah lagi sampai ke ujung-ujungnya (Divide and Conquer). Dengan melihat peta konsep orang dapat melihat dengan kecepatan penyerapan masing-masing untuk memahami suatu masalah yang kompleks. Lama proses pembangunan sistem e-learning diperkirakan 2 tahunan dan mungkin akan terus berlangsung seiring dengan pembaharuan dan penambahan fitur-fitur yang lain, seperti check jadwal ujian, check hasil nilai ujian, dan lain-lainnya.

Elearning Development Process

Gambar 1. Elearning Development Process

Gambar 1 menunjukkan proses pengembangan e-learning. Banyak hal yang perlu dikuasai terlebih dahulu untuk menjalankan sebuah sistem e-learning, seperti Taxonomy Bloom, ADDTIE (Analysis, Design, Development, Testing, Implementation, Evaluation), pembuatan Instructional Design yang baik, dan lain-lain. Perlu banyak pelatihan seperti: Online Learning Overview (untuk menyamakan persepsi semua stakeholder yang terlibat, terutama dosen dan mahasiswa), tata cara pembuatan materi e-learning yang baik, Taxonomy Bloom, dan lain sebagainya. Team perlu mengembangkan sendiri peta konsep apa saja yang akan dikembangkan dalam e-learning yang sesuai dengan potensi dan lingkungan yang dimilikinya, karena lain ladang lain belalang. Kemudian dengan sabar, perlahan namun pasti tentukan bagian e-learning mana dulu yang hendak diselesaikan.

Bisa saja orang mengambil jalan pintas dengan mensetup dan memodifikasi Moodle sebagai media e-learningnya. Tetapi tetap saja ada persiapan bagi guru dan siswa dalam hal penyediaan materi ajar, cara mengakses materi ajar, cara mengupload bahan ajar tambahan, berkomunikasi di forum diskusi perlu dijalankan.

Apabila tahapan persiapan melibatkan banyak guru dan siswa dan ruangan pelatihan kecil maka akan terjadi pelatihan dengan tema yang sama berulang-ulang, agar semuanya mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan (persiapan, pembuatan materi ajar dan penggunaan e-learning) yang sama.

BiNusMaya

Gambar 2. BiNusMaya

Dari pengalaman ikut mengembangkan BiNusMaya, bagian yang tersulit adalah merubah budaya belajar, baik dari sisi dosen (pembuat materi yang harus dikejar dan dimotivasi untuk menyelesaikan materi ajar dan juga dosen pengajar yang harus diberikan pelatihan untuk siap membawakan pengajaran dengan bantuan teknologi), sisi mahasiswa (resistansi karena alasan biaya internet yang mahal, kini sebagian teratasi karena kebanyak kos sekitar kampus sudah memberikan layanan internet), sisi pendukung (team diberikan pelatihan untuk mengatasi masalah yang terjadi di lapangan seperti keluhan: lcd tidak bisa aktif, koneksi internet yang terputus, komputer kena virus, dll). Budaya untuk sharing perlu didorong dan diapresiasi sehingga tumbuh kesadaran dari diri guru dan siswa bahwa dengan semakin banyak mensharingkan ilmunya maka akan semakin banyak pembendaharaan pengetahuannya, apalagi dengan terlibat dalam diskusi maka ingatan itu akan menempel lebih lama di dalam otak sehingga memudahkan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ujian.

Dengan bantuan Peta Konsep maka akan dapat ditentukan tahapan-tahapan apa saja dan prioritas pengembangan e-learning yang perlu didahulukan karena prosesnya membutuhkan waktu yang lama. Monitoring bagian mana yang sudah selesai dan bagian mana yang belum dapat terlihat statusnya pada tiap cabang peta konsepnya, seperti terlihat Gambar 3 tahapan instalasi sistem keamanan (prioritas 1) sudah mencapai 90% dan proses penggandaan materi ajar baru mencapai 35% (terlihat sampai kapan batas akhirnya dan siapa yang bertanggung jawab).

Perlu juga adanya pembagian group guru yang memiliki mata pelajaran yang sejenis agar bisa berkumpul untuk mendiskusikan bahan/ materi apa saja yang akan dibuatkan presentasi, multimedia, link web yang perlu dilihat oleh siswa, dan lain-lain. Sehingga guru pengajar pada saat membawakan e-learning sudah memiliki persepsi yang sama.

Di bagian persiapan operasional ada kesibukan ketika semua materi elearning selesai dikembangkan, disempurnakan, dan diganti. Perlu ada pengaturan: apa yang perlu dilakukan, oleh siapa, kapan, berhubungan dengan proses yang mana, prioritas berapa, dan lain-lain. Bayangkan kekacauan yang akan terjadi, bila team tidak memiliki peta yang sama: bisa terjadi saling melempar tanggung jawab, ada pihak yang tidak mengetahui apa yang perlu ia lakukan pada waktu yang tepat, dan sebagainya. Baca artikel Ke-(tidak)-teraturan Struktur Magnet untuk mengetahui efek bila tidak terjadi kekompakan antar elemen.

Persiapan Server

Gambar 3. Persiapan Server

Saran bagi yang akan atau yang sedang mengembangkan dan menerapkan e-learning adalah: semua pihak yang terlibat harus memiliki komitmen yang kuat dan tidak patah semangat untuk merawat e-learning dapat diakses dan dirasakan manfaatnya oleh segenap siswa, dosen, dan pihak jurusan. Tidak ada kata instan untuk mencapai sukses, ini juga terjadi pada pengembangan e-learning.

Akses Kategori Cara-Buat untuk memulai mempelajari pembuatan Peta Konsep. Akhirnya Sur ucapkan: “Selamat mengembangkan e-learning dengan bantuan Peta Konsep.”


Responses

  1. […] Proses Pengembangan e-Learning Sur Peta Konsep Anak Bangsa Aku Paham dan Bisa! […]

  2. […] Pengembangan e-Learning Kunjungi PKAB untuk melihat Proses Pengembangan e-learning selengkapnya. Thanks. Sur Last edited by pkab : Today at […]


Leave a comment

Categories